Kalau kamu baru mulai belajar soal investasi, pasti kamu sering dengar tentang dua instrumen populer: saham dan reksadana. Keduanya sering disebut sebagai pilihan investasi yang bisa membantu kamu membangun kekayaan jangka panjang. Tapi… apa sebenarnya perbedaan saham dan reksadana? Mana yang lebih cocok buat pemula? Dan bagaimana cara memilih yang tepat?
Di artikel ini, kita bahas seluruhnya dengan gaya santai, supaya kamu bisa lebih mudah memahami bedanya, tanpa istilah ribet yang bikin pusing. Yuk, kita mulai dari dasar dulu!
Apa Itu Saham dan Reksadana?
Sebelum membandingkan keduanya, penting untuk tahu apa itu saham dan apa itu reksadana.
Apa Itu Saham?
Saham adalah bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Kalau kamu membeli saham, artinya kamu punya sebagian kecil dari perusahaan itu. Misalnya kamu beli saham Telkom, maka kamu otomatis menjadi pemilik sebagian kecil dari Telkom.
Keuntungan dari saham bisa datang dari:
-
Capital gain (harga naik)
-
Dividen (pembagian keuntungan perusahaan)
Tapi, ingat juga bahwa harga saham bisa turun, dan kamu bisa mengalami kerugian.
Apa Itu Reksadana?
Reksadana adalah instrumen investasi di mana dana kamu dikelola oleh manajer investasi. Jadi kamu tidak perlu repot memilih saham atau obligasi sendiri. Manajer investasi yang akan mengatur strategi dan menempatkan dana ke berbagai instrumen sesuai jenis reksadananya.
Jenis-jenis reksadana:
-
Reksadana saham
-
Reksadana campuran
-
Reksadana pendapatan tetap
-
Reksadana pasar uang
Jadi di reksadana, kamu tidak mengelola apa pun. Tinggal setor dana dan biarkan profesional yang mengatur.
Perbedaan Saham dan Reksadana dari Berbagai Aspek

Nah, ini bagian yang paling penting. Di bagian ini kita bahas perbedaan saham dan reksadana berdasarkan beberapa aspek penting.
1. Cara Kerja dan Pengelolaan
Saham: kamu yang mengelola sendiri
Kalau kamu beli saham, kamu harus:
-
Memilih saham mana yang bagus
-
Melakukan analisis
-
Menentukan kapan membeli
-
Menentukan kapan menjual
Artinya, kamu perlu pengetahuan dan waktu.
Reksadana: dikelola profesional
Di reksadana, yang melakukan semua itu adalah manajer investasi. Kamu tinggal membeli produk reksadana yang sesuai tujuanmu.
Kesimpulan:
Saham → cocok buat yang mau belajar dan aktif
Reksadana → cocok buat yang ingin praktis
2. Risiko Investasi
Saham: risiko lebih tinggi
Harga saham bisa naik dan turun sangat cepat. Kalau perusahaan performanya jelek, harga saham bisa langsung terjun bebas. Risiko tinggi, tapi potensi keuntungan juga tinggi.
Reksadana: risiko lebih rendah
Karena reksadana sudah terdiversifikasi, risikonya cenderung lebih stabil. Tergantung jenis reksadananya juga, tapi secara umum lebih aman daripada membeli saham secara langsung.
Kesimpulan:
Saham → high risk, high return
Reksadana → risk lebih rendah, return lebih stabil
3. Modal Awal
Saham
Beberapa saham memang bisa dibeli dengan modal kecil, tapi tetap ada batasan lot (minimal 100 lembar). Jadi harga saham per lembar kali 100.
Reksadana
Bisa mulai dari Rp10.000 – Rp50.000 di banyak platform online. Cocok banget untuk pemula.
Kesimpulan:
Reksadana jauh lebih ramah untuk modal kecil.
4. Waktu yang Dibutuhkan
Saham
Harus pantau pergerakan harga, berita perusahaan, laporan keuangan, dan kondisi market.
Reksadana
Tidak butuh pemantauan mendalam. Kamu bisa pasif dan tetap mendapatkan hasil.
5. Keuntungan yang Didapat
Saham
-
Capital gain
-
Dividen
Potensinya besar, tapi tidak pasti.
Reksadana
-
Kenaikan nilai NAB (Nilai Aktiva Bersih)
-
Ada biaya pengelolaan
Keuntungan lebih stabil, tapi tidak sebesar saham.
6. Diversifikasi
Saham
Kamu harus beli beberapa saham berbeda untuk diversifikasi. Kalau modal sedikit, agak sulit.
Reksadana
Reksadana otomatis terdiversifikasi karena manajer investasi menempatkan dana ke berbagai instrumen.
Kesimpulan:
Reksadana unggul soal diversifikasi.
7. Untuk Siapa Cocoknya?
Saham cocok untuk:
-
Orang yang mau belajar baca chart
-
Punya waktu analisis
-
Berani hadapi fluktuasi harga
-
Ingin potensi cuan besar
Reksadana cocok untuk:
-
Pemula banget
-
Orang yang sibuk
-
Tidak ingin pusing analisis
-
Punya modal kecil
Tabel Perbedaan Saham dan Reksadana (Ringkas dan Jelas)
| Aspek | Saham | Reksadana |
|---|---|---|
| Pengelolaan | Kamu sendiri | Manajer investasi |
| Risiko | Tinggi | Lebih rendah |
| Modal awal | Sedang (tergantung stok) | Sangat kecil |
| Diversifikasi | Harus manual | Otomatis |
| Keuntungan | Potensi besar | Stabil |
| Cocok untuk | Investor aktif | Investor pasif / pemula |
Mana yang Lebih Baik: Saham atau Reksadana?
Tidak ada jawaban mutlak. Semua tergantung tujuan dan gaya investasimu.
Pilih saham jika:
-
Kamu ingin belajar lebih dalam tentang pasar modal
-
Kamu siap menghadapi risiko tinggi
-
Kamu punya waktu untuk analisis
-
Kamu mengejar return besar
Pilih reksadana jika:
-
Kamu pemula total
-
Kamu ingin investasi mudah
-
Kamu tidak punya waktu analisis
-
Kamu ingin hasil yang lebih stabil
Bahkan banyak investor menggabungkan keduanya.
Tips Memilih Antara Saham dan Reksadana
Untuk membantu kamu menentukan pilihan, berikut tips sederhana:
1. Kenali Profil Risiko
Kalau kamu takut harga turun, pilih reksadana. Kalau kamu berani fluktuasi, pilih saham.
2. Tentukan Tujuan
Untuk jangka panjang dengan pertumbuhan tinggi, saham cocok.
Untuk tujuan lebih stabil seperti dana darurat jangka menengah, reksadana bisa jadi solusi.
3. Mulai dari Reksadana untuk Belajar
Banyak orang memulai dari reksadana untuk memahami dasar-dasar investasi sebelum masuk ke saham.
Penutup
Sekarang kamu sudah tahu perbedaan saham dan reksadana dari banyak aspek. Keduanya sama-sama bagus, asalkan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan investasimu. Kalau kamu masih bingung, kamu bisa mulai dari reksadana dulu karena risikonya lebih rendah dan modalnya kecil. Setelah paham ritmenya, baru deh coba investasi saham.
Investasi itu bukan lomba cepat-cepat kaya, tapi proses yang perlu konsistensi dan pemahaman. Jadi pelan-pelan saja, dan jangan takut belajar.