Kalau kamu baru mulai terjun ke dunia investasi, pasti kamu sering mendengar istilah portofolio investasi. Banyak orang bilang, “Portofolio kamu harus seimbang,” atau “Kamu harus punya portofolio yang sesuai tujuan.” Tapi sebenarnya, apa sih portofolio itu? Dan gimana cara membuat portofolio investasi yang benar, terutama kalau kamu masih pemula?
Tenang, di artikel ini kita akan bahas langkah-langkah cara membuat portofolio investasi yang tepat, dengan bahasa yang santai dan mudah dipahami, seperti ngobrol sama teman sendiri. Yuk, kita mulai!
Cara Membuat Portofolio Investasi

1. Apa Itu Portofolio Investasi?
Sebelum jauh melangkah, kamu harus tahu dulu apa itu portofolio investasi. Secara sederhana, portofolio investasi adalah kumpulan instrumen investasi yang kamu punya, misalnya:
-
Saham
-
Reksadana
-
Obligasi
-
Emas
-
Crypto
-
Properti
-
P2P Lending
Intinya, portofolio ini seperti “keranjang” yang isinya berbagai jenis aset. Kenapa harus banyak? Karena nggak bijak kalau kamu menaruh semua uang di satu instrumen saja, risikonya terlalu besar.
2. Tentukan Dulu Tujuan Investasinya
Langkah pertama untuk membuat portofolio investasi adalah menentukan tujuan. Ini penting banget, karena tujuan akan mempengaruhi:
-
Instrumen apa yang cocok
-
Seberapa besar risiko yang boleh diambil
-
Berapa lama waktu kamu investasi
-
Strategi yang harus kamu gunakan
Contoh tujuan investasi:
-
Dana darurat
-
Menikah dalam 2–3 tahun
-
Beli rumah dalam 5–10 tahun
-
Dana pendidikan anak
-
Pensiun 20–30 tahun lagi
Semakin jauh jangka waktu tujuanmu, semakin besar fleksibilitas untuk mengambil risiko.
3. Kenali Profil Risiko Kamu
Setiap orang punya tingkat toleransi risiko yang berbeda. Ada yang santai lihat portofolionya turun 10%, tapi ada juga yang panik lihat minus 2%. Secara umum, profil risiko dibagi menjadi tiga:
-
Konservatif: nggak suka risiko, lebih suka instrumen stabil
-
Moderate: seimbang antara risiko dan hasil
-
Agresif: mengejar return tinggi dan siap menerima risiko besar
Tips mengetahui profil risiko:
-
Cek usia → makin muda, makin fleksibel ambil risiko
-
Cek penghasilan → makin stabil penghasilan, makin mudah berinvestasi agresif
-
Cek pengalaman → makin berpengalaman, makin paham cara mengelola risiko
-
Cek mental → kalau lihat minus sedikit saja panik, berarti konservatif
Ngetes profil risiko ini bisa dengan menggunakan tools dari aplikasi investasi yang sudah legal.
4. Tentukan Alokasi Aset (Asset Allocation)
Nah, ini adalah inti dari cara membuat portofolio investasi. Asset allocation berarti membagi dana kamu ke berbagai instrumen sesuai profil risiko dan tujuan.
Contoh alokasi aset konservatif:
-
50% Reksadana pasar uang
-
30% Obligasi / SBN (ORI, SR, Sukuk Ritel)
-
10% Emas
-
10% Reksadana campuran
Moderate:
-
40% Saham / ETF
-
30% Obligasi / SBN
-
20% Reksadana pasar uang
-
10% Emas
Agresif:
-
60% Saham / ETF
-
20% Crypto (opsional)
-
10% Obligasi
-
10% Emas
Ini hanya gambaran. Kamu bebas menyesuaikan dengan kenyamanan kamu.
5. Diversifikasi Aset dalam Portofolio
Setelah tahu mau taruh uang di instrumen apa saja, langkah berikutnya adalah diversifikasi. Diversifikasi berarti menyebar risiko. Contohnya:
Kalau di saham:
-
Jangan cuma beli satu saham
-
Pilih beberapa sektor: perbankan, konsumer, teknologi, energi
Kalau di reksadana:
-
Tidak hanya memilih satu MI (Manajer Investasi)
-
Bedakan antara pasar uang, pendapatan tetap, dan saham
Kalau di crypto:
-
Jangan all-in di satu coin
-
Kombinasikan coin besar seperti BTC/ETH dengan beberapa altcoin
Diversifikasi membuat portofolio kamu lebih kuat saat pasar tidak stabil.
6. Tentukan Strategi Investasi Kamu
Ada dua strategi utama yang bisa kamu gunakan:
a. Investing Mode: Jangka panjang
Cocok untuk tujuan:
-
Pensiun
-
Beli rumah
-
Pendidikan anak
Biasanya fokus pada:
-
Saham/ETF
-
Obligasi
-
Emas
-
Reksadana saham
b. Trading Mode: Jangka pendek
Cocok kalau kamu punya waktu dan skill untuk memantau pasar. Biasanya fokus pada:
-
Saham jangka pendek
-
Crypto
-
P2P lending
Strategi gampang untuk pemula:
Pakai metode DCA (Dollar Cost Averaging) → investasi rutin tiap bulan tanpa peduli harga.
7. Jangan Lupa Siapkan Dana Darurat
Sebelum membuat portofolio investasi, kamu wajib punya dana darurat. Tujuannya untuk jaga-jaga kalau ada keperluan mendadak.
Idealnya:
-
3x pengeluaran bulanan → lajang
-
6x pengeluaran bulanan → menikah
-
12x pengeluaran → menikah + anak
Letakkan dana darurat di instrumen yang cair dan stabil seperti:
-
Reksadana pasar uang
-
Tabungan bank
-
E-wallet
Ini penting supaya kamu nggak tergoda menjual investasi saat butuh uang.
8. Review dan Evaluasi Portofolio Secara Berkala
Banyak pemula bikin portofolio, tapi lupa ngecek. Padahal, kondisi pasar dan kebutuhan kamu bisa berubah.
Sebaiknya lakukan review:
-
Setiap 3 bulan
-
Setiap kenaikan gaji
-
Saat tujuan hidup berubah
-
Saat pasar mengalami gejolak besar
Apa saja yang dicek?
-
Apakah alokasi masih sesuai tujuan?
-
Apakah ada instrumen yang kinerjanya sangat buruk?
-
Perlu tambah aset baru atau kurangi yang lama?
Dengan review rutin, portofolio kamu bisa tetap sehat dan optimal.
9. Hindari Mengikuti Tren Secara Buta
Ini salah satu kesalahan paling sering terjadi. Banyak orang investasi hanya karena ikut-ikutan.
Misalnya:
-
Lagi heboh saham “gorengan”
-
Lagi viral altcoin tertentu
-
Lagi FOMO proyek properti
Padahal, portofolio harus disusun sesuai tujuan kamu pribadi. Jadi jangan biarkan tren menentukan arah investasi kamu.
10. Mulai Pelan-Pelan, Jangan Terlalu Ambisius
Portofolio yang baik tidak dibangun dalam sehari. Mulailah dari yang kecil dulu, misalnya:
-
Rp100.000 per bulan untuk reksadana
-
Rp500.000 untuk beli saham pertama
-
Rp200.000 untuk emas
-
Rp50.000 untuk crypto
Yang penting konsisten.
Karena investasi itu maraton, bukan sprint.
Kesimpulan
Membuat portofolio investasi yang tepat sebenarnya tidak sulit. Kuncinya adalah:
-
Tentukan tujuan
-
Kenali profil risiko
-
Lakukan alokasi aset
-
Diversifikasi
-
Konsisten
-
Evaluasi berkala
Tidak perlu buru-buru. Tidak perlu ikut-ikutan. Cukup fokus pada tujuan kamu dan bangun portofolio yang sehat, stabil, dan sesuai kebutuhan.